So, this is one of my bucket list: gunung Bromo! salah satu gunung terindah di Indonesia, bahkan mungkin di dunia.
Setelah aku bercerita soal rencana dan detil keberangkatanku di tulisan sebelumnya, sekarang aku lanjutkan cerita perjalananku ke gunung Bromo ini.
Kami tiba di bandara Juanda Surabaya pukul 07.20 malam. Sedangkan jemputan dari travel sudah janjian akan menjemput pukul 8 malam di area kedatangan. Kami menunggu bagasi dulu dan kemudian berjalan keluar dan menunggu driver yang akan menjemput. Pukul 8 lewat beberapa menit driver menelpon dan mengatakan sudah ada di bandara.
Voila, ternyata mobilnya Toyota Innova baru padahal di perjanjiannya mobil Avanza. Alhamdulillah rezeki istri sholeha…hehe… drivernya, pak Samsul, juga sangat ramah dan akomodatif. Kami berhenti beberapa kali untuk makan malam, belanja cemilan dan beberapa keperluan di minimarket, dan berhenti sekali lagi di minimarket lain karena ada yang terlupa untuk dibeli.
Setelah itu cusss… langsung melesat menuju ke kabupaten Probolinggo. Di jalan awalnya aku melek dan sempat melihat-lihat pemandangan di luar, termasuk tanggul lumpur Sidoarjo. Tapi lama kelamaan karena lelah aku tertidur juga menyusul anak-anak yang sudah lebih dulu terlelap.
Rasanya belum lama tertidur, aku merasakan mobil berbelok-belok dan menikung tajam sambil menanjak. Ketika membuka mata dan melihat keluar, ternyata kami sudah sampai di kaki gunung Bromo. Tidak lama kemudian kami sampai di villa peristirahatan yang disediakan oleh pihak travel.
Jam menunjukkan pukul setengah 12 malam dan brrrr udaranya sangat dingin. Kami segera masuk kamar dan berebutan naik ke tempat tidur dan tarik menarik selimut. Driver mengingatkan bahwa jam 1 pagi kami harus bersiap-siap menuju puncak Bromo dan akan diantar dengan menggunakan mobil Jeep.
Okesip ada waktu kurang lebih 1 jam setengah untuk istirahat tapi gak mungkin dipakai tidur karena takut kebablasan dan anak-anak juga malah asik ngobrol dan berisik bercanda. Akhirnya sejam setengah itu cuma dipakai untuk giliran ke kamar mandi, ngobrol, dan siap-siap dengan pakaian tebal.
Tepat jam 1 pagi sudah ada panggilan dari driver supaya kami bersiap untuk berangkat. Tepat jam setengah 2 pagi, kami berangkat menuju puncak dengan menaiki mobil Jeep yang dikemudikan pak Sugeng.
Jalanan masih sangat sepi dan dingin. Kanan kiri jalan dipenuhi rumah penduduk dan beberapa penginapan. Kemudian kami berhenti di pos penjagaan untuk didata (pembayaran tiket masuk diurus oleh travel). Dari situ kami mulai memasuki jalanan sepi dan makin menanjak. Kanan kiri jalan hanya ada jurang dan pepohonan. Juga sangat sepi, suara yang terdengar cuma suara mobil kami yang menderu. Tidak ada mobil lain yang ketika aku tanyakan kepada pak Sugeng, katanya kami sengaja berangkat lebih awal supaya mendapat tempat parkir yang lebih dekat.
Kami sampai di lokasi Bukit Cinta sekitar pukul 2.15 pagi. Karena masih sepi, kami mampir dulu ke warung kopi untuk sekedar menghangatkan perut dengan Pop Mie dan kopi. Harga makanan di warung-warung disini sangat mahal, bahkan toilet pun bayarnya Rp. 5.000 per orang dengan kondisi yang seadanya.
Pukul 3 pagi sudah mulai agak ramai. Kami mulai mendaki ke atas melalui puluhan anak tangga dengan ditemani oleh pak Sugeng. Waduh, jam 3 pagi harus naik puluhan anak tangga yang cukup terjal lumayan ngos-ngosan juga.


Di atas ternyata sudah ramai oleh tukang sewa kursi dan tikar. Mereka menawarkan sewa 1 kursi Rp 20.000 dan 1 tikar yang bisa digunakan beberapa orang Rp 25.000. Karena tidak mungkin tidak menyewa karena tempat sudah “dikuasai” mereka, kami menyewa kursi saja. Dan beruntung karena kami tiba lebih awal sehingga dapat spot paling depan, paling dekat ke pagar pembatas. Walaupun kemudian ternyata masih kalah depan oleh para penyewa tikar yang ditempatkan di sebelah luar pagar pembatas dan posisi mereka sebenarnya bahaya.
Duduklah kami di situ di tengah udara dingin yang luar biasa menusuk untuk menunggu sunrise yang diperkirakan akan muncul pukul 5 kurang sepuluh pagi. Omaygaaad bayangkan saja menunggu 2 jam tanpa ngapa-ngapain di kegelapan, dingin dan mengantuk.
Tapi penantian tidak sia-sia, matahari muncul dari sebelah timur puncak Bromo yang ada di bawah kami dan pemandangan luar biasa indahnya. Sinar matahari perlahan-lahan menerangi punggung gunung Bromo dengan warna keemasan yang sangat cantik. Gunung Semeru yang menawan pun mulai tampak di sebelah barat. Luar biasa indahnya pemandangan yang sangat langka dan sulit didapat ini.



Setelah puas menikmati keindahan sunrise dan berfoto dengan susah payah, kami turun ke parkiran Jeep sekitar pukul setengah 6 pagi. Di parkiran sekarang ternyata sangat ramai dan dipenuhi mobil Jeep. Jalan menuju ke bawah pun macet.