Madinah Yang Selalu Dirindukan

Sepulang umroh tahun kemarin, hati rasanya tidak bisa move on dari keindahan, kesyahduan dan kenikmatan ibadah di kota Madinah. Sehingga keinginan untuk kembali lagi kesana tertanam begitu kuat yang mendorong aku dan suami memutuskan untuk berangkat umroh lagi di tahun 2017 ini.

Rasa rindu ke tanah suci pasti dirasakan semua umat Islam. Tapi kerinduan itu akan terasa lebih kuat lagi bagi orang yang pernah kesana, aku membuktikannya sendiri. Setelah melihat, mengalami dan merasakan sendiri kenikmatan beribadah di tanah suci yang tidak mungkin di dapatkan di tempat manapun di dunia, hati rasanya seperti selalu terpaut ke Mekah dan Madinah.

Madinah bukanlah kota besar yang glamour. Madinah adalah kota kecil yang bersahaja. Bangunan-bangunan yang ada di kota Madinah adalah bangunan-bangunan khas padang pasir. Keramaian hanya terpusat di sekitar masjid Nabawi saja. Hotel-hotel berada mengitari masjid Nabawi karena kegiatan manusia di kota Madinah memang terpusat di masjid Nabawi.

Sekali lagi, syahdu adalah feel yang didapatkan ketika berada di Madinah. Penduduk kota Madinah sangat ramah, suasananya santai dan bersahaja.

Dan rasa yang tidak akan didapatkan di tempat lain dimanapun, adalah perasaan dekat dengan Rasulullah SAW. Rasanya luar biasa, bisa menginjakan kaki di tempat yang ribuan tahun lalu pernah diinjak oleh beliau dan menghirup udara kota yang sangat beliau cintai, kota yang bahkan keberkahannya 2 kali lipat keberkahan kota Mekah.

Update:

Ini sebetulnya draft lama yang dibongkar kembali karena kerinduan ke tanah suci. Semoga pandemi segera berakhir dan kita bisa segera menikmati indahnya beribadah di haramain. Aamiin.

Di kaki bukit Uhud, Madinah
Taman kecil di dekat masjid Nabawi tempat kita jajan nasi khabsah dan kari atau sekedar menikmati secangkir teh susu panas setelah sholat shubuh
Suasana di sekitar hotel
Tempat paling romantis, tempat janjian bertemu dengan suami di baab Nisa atau pintu 25